Terlalu
Cepat
“Dian.”
Aku
menoleh memastikan milik siapa suara familiar itu, ternyata itu Dika, sahabatku
yang dari kecil selalu menemani hari-hariku. Kami bersahabat sejak kecil hingga
saat ini, berawal dari orangtua kami yang bekerja di tempat yang sama. Dika
anaknya lucu dan pinter nyanyi, suaranya selalu berhasil membuatku
senyum-senyum seperti orang gila. Tapi dia itu anaknya playboy bangeeet, hampir
setiap minggu dia gonta-ganti pacar, amit-amit deh aku punya pacar kayak dia.
Tapi aku yakin itu nggak akan terjadi karena kami punya janji nggak bakalan
saling suka biar persahabatan ini awet sampai nanti.
Tapi
memang ekspetasi tidak selalu sesuai dengan realita. Diakhir semester kita
malah saling cinta dan akhirnya jadian.
Aku
kira hubungan ini akan bertahan lama mengingat kita sudah lama kenal dan akan
lebih mengerti satu sama lain, tapi seperti kataku tadi, ekspetasi tidak selalu
sesuai realita. Kami pacaran hanya satu minggu karena Dika ketahuan dekat
dengan temen sekelasku, Aku bingung harus apa, di satu sisi aku masih sayang
dengannya, tapi disisi lain dia sudah menghianatiku.
Akhirnya
di hari ulang tahun Dika aku memutuskan hubungan ini, aku memanggilnya dan
berkata “Dik aku tau mungkin ini terlalu cepet, tapi aku nggak mau ngebohongin
perasaanku, aku nggak mau bikin hatiku makin sakit, aku nggak nyalahin kamu karna
kamu lebih nyaman sama dia.” Dika tampak terkejut dengan apa yang aku katakan.
“Kok kamu tau? maaf din, aku nggak ada maksud buat nyakitin perasaan kamu.”
kata Dika sambil mengusap air mataku yang deras bercucuran. “Ini bukan salahmu,
mungkin kita nggak ditakdirin untuk bersama. Anggap hubungan kita emang cuma
sebatas teman.” Kataku sambil berlari meninggalkan Dika yang terus memanggil
namaku.
Aku
tau ini pasti nyakitin, mutusin orang di hari ulang tahunnya it’s so crazy. But mau gimana lagi, aku
udah terlanjur benci sama dia, Dan sekarang aku meyakinkan hati kalau dia hanya
mantan bukan teman.
Top
BalasHapus